Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2015

Lirik Aku Duwe Pitik Oleh Ida Laila dan Ernie Rosita: Lagu Dolanan Anak Klasik

  Lirik Aku Duwe Pitik Oleh Ida Laila dan Ernie Rosita: Lagu Dolanan Anak Klasik Pencipta: Anonim Perusahaan Rekaman: Antara Group   Aku duwe pitik cilik Wulune blirik Cucuk kuning jengger abang Tarung mesti menang   Sopo wani karo aku Musuh pitikku   Aku duwe pitik tukung Buntute buntung Saben dino mangan jagung Mesti wani tarung   Sopo wani karo aku Musuh pitikku   Aku duwe pitik trondol Wulune protol Mlakune megal megol Tarung mesti notol   Sopo wani karo aku Musuh pitikku  

Puisi Kekecewaan - Kau Masih Tak Mengerti

Kau Masih Tak Mengerti Oleh: Yahya Yoga Budiman Wahai Penyegar Jiwa Sampaikan alasanku padanya Tak semua alasanku kusampaikan Seluruh tubuhku menangis Alasanku nan sesungguhnya tak ia pahami Hatiku tak mampu lagi berdetak ketika bersurat dengannya Aku kira ia mengerti apa nan aku sembunyikan Hingga kini ia belum menjawab bahkan hanya sekadar melihat Surat ini bukan basi ini surat hati Kau masih tak mengerti Lauk pauk aku sengaja hiraukan Aku terus menunggu jawab darimu Kau tak mengerti atau sudah ada nan mengerti engkau Jika memang demikian Aku akan mengerti bahwa aku nan tak mengerti Rekomendasi Untuk Puisi dan Syair: 1.  Kumpulan Puisi dan Syair Era '90-an 2.  Puisi Kontemporer- Mungkin Aku Harus Berhenti Mengejarnya 3.  Puisi Kontemporer- Melakukan 4.  Puisi Kontemporer- Pertimbangan 5.  Syair Untuk Cinta I 22 Untukmu 6. Puisi Untuk Mutiara- Seny

Cerpen terbaru- Kutemukan Senyum Purna di Tanah Madrasah

Kutemukan senyum Purna di Tanah Madrasah Oleh : Yahya Yoga Budiman Bersekolah merupakan kesempatan emas yang tidak semua orang dapat merasakan bagaimana indahnya, bagaimana senangnya, dan bagaimana nikmatnya memperoleh ilmu pengetahuan. Namun sayang fasilitas yang aku terima atas banyaknya permintaanku pada kedua orang tua telah membuatku menjadi sangat menyedihkan. Hp yang aku rawat, yang aku jaga, yang aku bawa kemana-mana, yang menjadi teman di segala suasana, pelan pelan membunuhku menusuk tepat dalam jiwa hingga tetesan nafsu berjalan keluar dengan gembira. Bersekolah yang menjadi segala idaman, hanya kujadikan sebuah permainan. Berangkat terlambat karena menyepelekan  “ah, nanti sajalah berangkatnya, paling hanya dipoint, gampanglah tu,”. Lalu ketika sampai di sekolah, ketika guru sedang menyamaikan materi, pikiran kosong karena tak ada persiapan pada malamnya, maka barang tentu tak kan ada pertanyaan yang terucap. Hp bersiul-siul matanya berkedi-kedip dengan centil,