Lirik Aku Duwe Pitik Oleh Ida Laila dan Ernie Rosita: Lagu Dolanan Anak Klasik Pencipta: Anonim Perusahaan Rekaman: Antara Group Aku duwe pitik cilik Wulune blirik Cucuk kuning jengger abang Tarung mesti menang Sopo wani karo aku Musuh pitikku Aku duwe pitik tukung Buntute buntung Saben dino mangan jagung Mesti wani tarung Sopo wani karo aku Musuh pitikku Aku duwe pitik trondol Wulune protol Mlakune megal megol Tarung mesti notol Sopo wani karo aku Musuh pitikku
Sumber Gambar: Pujangga Bali |
Frans
dilahirkan di Ujung Pandang (Makassar) tanggal 3 September 1942. Sejak muda ia
gemar berlayar dengan perahu-perahu Bugis, mengembara ke Sandakan dan Medan. Kegemarannya
berkelana itu telah mengantarkannya ke berbagai pengalaman yang kemudian nampak
dalam karya sastranya.
Tulisan-tulisan
Frans banyak tersebar dalam Horison, Warta Dunia, Sinar Harapan, Berita Buana,
Kesenian, dan lain-lain. Beberapa karyanya telah dimuat dalam antologi
Terminal, Laut Biru Langit Biru dan Puisi Asean. Ia pernah menghadiri Pertemuan
Sastrawan Indonesia dan Puisi Asean serta International Writing Progam
di Lowa City, USA.
Beberapa cerpennya
kemudian terkumpul dalam satu buku berjudul “Bercakap-cakap di Bawah Guguran
Daun-daun” sebuah judul yang diambil dari judul salah satu cerpennya dengan
nama yang sama. Baris-baris cerpennya bisa kita lihat seperti ini “sekali waktu
seorang ingin kembali ke masa kanak-kanaknya. Bermain di dalam air hujan dan
keluar dari kerepotan sehari-hari. Sahabatku, seorang pelukis yang punya
wawasan puisi dalam karya-karyanya, berlari-lari sambil menangkupi daun-daun
yang gugur. Kemudian menari dan melompat-lompat dengan girang. Lihat, angin
melucuti dedaunan dan awan hitam yang bergerak seperti berderak di atas menara
gereja itu... dan kalau kemudian giliranku gugur, siapakah angin siapakah aku
(hal.3)... masuk seperti kau lihat aku sendiri. Ambil sendiri kursi, sahabat. (
ya kusebut kau sahabat sebab bagaimana aku dapat memusuhimu). Setelah kau
singgahi beberapa rumah , aku mengerti giliranku saat ini. (hal.4)
Begitulah
cerpen Bercakap-cakap di Bawah Guguran Daun-daun. Sebuah cerpen yang
menggambarkan seseorang yang elah menanti dengan sadar datangnya maut.
Sumber Bacaan:
Korrie Layun
Rampan, dalam Cerita Pendek Indonesia Mutakhir: Sebuah Pembicaraan
Comments
Post a Comment