Lirik Aku Duwe Pitik Oleh Ida Laila dan Ernie Rosita: Lagu Dolanan Anak Klasik Pencipta: Anonim Perusahaan Rekaman: Antara Group Aku duwe pitik cilik Wulune blirik Cucuk kuning jengger abang Tarung mesti menang Sopo wani karo aku Musuh pitikku Aku duwe pitik tukung Buntute buntung Saben dino mangan jagung Mesti wani tarung Sopo wani karo aku Musuh pitikku Aku duwe pitik trondol Wulune protol Mlakune megal megol Tarung mesti notol Sopo wani karo aku Musuh pitikku
Sumber Foto: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan |
Sajak-sajak sastrawan lama kurun waktu 1968-1978 [Part.4]- “Sisyphus” oleh Saini K.M
Rumah Cermin
Sebuah rumah cermin dan kita
terperangkap di dalamnya
Sosok dan wajah pecah bertabur dalam
bingkai
Dan warna beribu kaca. Janganlah bertanya
Karena kata-kata pun berubah arti,
layu bagai bunga
Layu dan pucat bagai bibirmu, pada
suatu kali
Walau kini satu-satunya bentuk yang
dapat kuhayati
Dalam kemayaan semesta, antara mimpi
dan kenyataan
Dua kerajaan yang sama-sama menolak
kehadiran kita
Cetak biru kemanusiaan telah dimakan
bubuk
Bersama buku dongeng kanak-kanak. Beginilah
kita sekarang
Wajah yang berebut bentuk dengan
bayang-bayangannya
Dalam rumah cermin, temat kita
terperangkap dalamnya
Sysphus
Sisphus mendorong batu ke puncak
gunung
Dan batu kembali ke jurang
menggelundung
Bolak-balik beribu tahun; beribu tahun
Kau mendaki dan tergelincir, jatuh,
dan bangun
Jatuh dan bangkit di Babil, Sodom, dan
Gomorah
Auschwitz, Hirosima Nagasaki, dan
Vietnam.
Dan dari dasar derita, dengan nafas
tersenggal
Kau berseru ke langit: “apakah artinya
ini?”
Langit menjawabmu dengan biru, dengan
bisu
Kaupun bangkit lagi; pucat, berdebu,
dan luka
Kembali mendaki dan memandang angkasa.
Mungkin
Itulah artinya: payah dan luka kau tak
tunduk
Buat Arif Budiman
Jarum jam berputar oleh mereka yang
terbaring
Di penjara tanpa kesalahan, kecuali
bermimpi
Tentang dunia yang lebih baik, kami
bersedih karena tahu, sebenarnya tak pantas kami bersedih
Alangkah mudah, kalau tiap kali tiba
di jalan buntu
Peradaban, kita dapat mencabut belati.
Namun tiada lawan
Selain waktu. Tidak seorang pun
bersalah kecuali kau
Yang tergesa lahir, sunyi di kai
langit pengalaman
Masa depan berada di ujung kaki mereka
yang kendati
Berulang jatuh dan mencium bau
kenyataan, bangkit
Dan melangkah lagi mereka bilang kau
pemimpi
Ah batas mimpi-kenyataan terhapus
dengan darahmu
____________
Biodata
Singkat Sastrawan (Penyair)
Saini
K.M lahir pada tanggal 16 Juni 1938 di Suedang Jawa Barat. Pendidikan sarjana
jurusan bahasa inggris IKIP Bandung. Buku puisinya: “Nyayian Tanah Air” 1968, “Rumah
Cermin” 1979. Selain menulis puisis, saini banyak menulis esai dan selaku
penterjemah.
Mantap omp
ReplyDelete